Losing A Friend
2023 adalah momen yang aneh. Sepanjang tahun ini saya merasakan keputusasaan yang serendah-rendahnya, juga pengharapan yang nyaris delusional, keduanya dalam konteks kehidupan personal, pekerjaan, juga dalam menyikapi dunia.
Tahun ini kita diselimuti kabut yang kelam saat melihat okupasi di Gaza, paksaan untuk melihat kontestasi pemilu lesser evil, indeks udara ibukota yang tidak mengindahkan hak warganya untuk bernapas, hingga kemanusiaan yang dibuang jauh-jauh ke luar jendela saat subjeknya menjadi pengungsi Rohingya alih-alih korban genosida oleh Israel. Hal-hal yang saya takutkan di album, masih terjadi di dunia nyata.
Pun di saat yang sama saya, tahun ini saya melihat orang-orang terdekat berhasil memecah siklus trauma yang diwariskan oleh lingkungan dan keluarganya, saya kembali terapi setelah bertahun-tahun berhenti untuk belajar dari kesalahan-kesalahan berat serta kebiasaan buruk yang saya lakukan, dan melihat berbagai gerakan yang apinya tidak padam di tengah gempuran keadaan yang tidak memihak mereka sama sekali, uniknya lahir di tengah-tengah generasi yang animo utamanya saat ini adalah untuk merayakan kekalahan mereka.
Dalam merayakan ketidakberdayaan kita semua melawan permasalahan yang ada, tahun ini saya masih sesekali menyempatkan melihat harga tanah dan properti dengan harapan suatu saat memiliki ruang aman untuk berlindung dari dunia yang kejam.
Di pekerjaan pun terjadi tinggi-rendah ekstrim yang sama. Saya sangat pesimis bahwa LHAB akan direspon dengan baik oleh pendengar, terutama melihat kakaknya (Menari Dengan Bayangan) yang sebegitu kerasan tinggal di hati kawan-kawan semua… namun ternyata 2023 menjadi pembuka yang baik untuk chapter Hindia yang baru; kakaknya masih menempati hati kita semua, tetapi kawan-kawan tidak luput dalam membuka tangan selebar-lebarnya dalam menerima LHAB. Berbagai penghargaan diberikan oleh banyak pihak, dan tiap kabar tersebut muncul satu per satu menuju akhir tahun, kami tak kunjung usai geleng-geleng sembari tertawa melihat bagaimana anak kembar ini diterima dengan sangat hangat oleh publik. Tur serta konser berjalan dengan lancar, dibuka dengan listening session berbayar yang kami tak sangka laku… tak pernah terbayang sebelumnya bahwa Hindia akan menyentuh angka delapan juta lebih pendengar hanya dari satu medium saja, dan proyek yang awalnya sangat kecil ini kembali berhasil membawa saya melihat dunia lagi di tahun ini.
Saya terpaksa merelakan keindahan seni yang multi-interpretatif karena satu insiden di tahun ini, dan tidak hanya sekali kesibukan saya di permusikan mengharuskan saya untuk kembali bersinggungan dengan dokter dan berbagai pengobatan yang memberatkan. Namun, dari semua hal buruk serta melelahkan di pekerjaan saya tahun ini, yang terburuk mungkin adalah melepas satu orang (yang dahulunya merupakan) sahabat kami di pertengahan 2023.
Ada hal yang baru kami ketahui di pertengahan tahun ini dan ironisnya diindikasikan telah berjalan selama bertahun-tahun ke belakang. Kejadian ini merupakan tamparan keras bagi saya, tidak hanya karena kerugian material, tapi lantaran karena kepercayaan yang pecah; kami tidak menyangka bahwa Ia tega melakukan hal tersebut—orang yang selama ini memposisikan diri sebagai garda terdepan kami. Berkali-kali setelah terungkap saya masih tidak percaya bahwa hal tersebut betul terjadi, cuman kadang dunia nyata lebih liar dibandingkan fiksi.
Namun mungkin, mengutip Jangan Jadi Pahlawan, itulah hidup; kita beranjak dewasa dan perlahan melepas orang-orang yang tidak sepatutnya singgah lagi. Selepas kepergiannya, atmosfer tim kami jauh menjadi lebih ringan dan senyum jadi jauh lebih mudah ditampilkan oleh orang-orang di dalamnya. Tentu lukanya masih ada, tapi saya percaya kami (terutama saya) bisa pulih perlahan.
Selamat tahun baru 2024. Harapan baik untuk kita semua di tahun depan dalam proses masing-masing melepas kebiasaan buruk dan trauma yang masih tersisa. Lakukan apa yang kau mau tahun depan… selama tidak merugikan orang lain :p
Salam,
Hindia